RUANGAN SUNYI KANTOR

Lala seorang pekerja di salah satu kantor di kota yang kecil, dia dikenal rajin dan mempunyai setumpuk ide inovasi. Lala juga dikenal sosok yang  jujur, ramah dan suka menolong. Setiap pekerjaan yang diberikan kepadanya selalu dikerjakannya dengan sepenuh hati. Ia tidak pernah mengeluh walaupun saat tugas menumpuk atau orang lain meminta bantuannya, Lala bekerja dengan iklas.  Bagi Lala, pekerjaan merupakan ibadah sedangkan membatu orang lain adalah suatu hal kecil dimana kebaikan itu akan kembali sendirinya nanti.

Di luar kantor,  banyak orang menyukai Lala. Tetangga, teman - teman lama,  bahkan klien yang perna berurusan dengannya dan orang yang baru kenal sama Lala merasa nyaman berada dekatnya karena kepribadiannya. Ia merupakan sosok yang mudah membuat orang merasa dihargai. Namun di kantor justru sebaliknya. 

Di kantor ada beberapa rekan kerja yang tidak menyukai Lala. Entah karena iri, salah paham yang tidak perna terselesaikan, yang jelas gosip tentang dirinya selalu beredar tanpa alasan. 

Ironisnya, di kantor  tempat  Lala bekerja menghabiskan sebagian  waktunya nyaris benar-benar tidak menerimanya.

Mula-mula, hanya bisik-bisik  kecil.

Saat Lala melewati rekan kerjanya,  sok baik, sok suci, ujar salah satu rekan kerjanya,   rekan kerja yang lainnya  ketawa kecil sambil memandang Lala. Lala berjalan dengan santai menuju meja kerjanya seolah olah tidak ada orang disekitarnya. Dada Lala terasa panas. Semuanya disimpan agar tidak kelihatan rekan kerjanya.

Lama kelamaan, prilaku  itu menjadi tekanan yang tidak pernah terlihat  dan menusuk tajam. Mereka mengucilkan dan meninggalkan Lala pada saat acara kecil, menghindarinya saat makan siang, bahkan menuduhnya melakukan kesalahan yang bukan dia lakukan. Dikursi kerja, Lala hanya menunduk sambil menahan matanya yang berkaca-kaca dan  terdiam menahan panas serta berusaha untuk sabar.

Ketika dikantor  acara kecil dibuat untuk semua kariawan, Lala tidak mendapatkan informasi.

Acara dimulai, Lala tidak kelihatan kemana dia, pimpinan bertanya kepada salah satu peserta. "Tidak tahu pak", salah seorang  peserta menjawab, beberapa   perserta  saling beradu pandangan dan melemparkan senyum tipis.

Suatu pagi, saat semua bekerja,  Lala dipanggil diruang rapat, disana Lala sudah ditunggu oleh pimpinan dan beberapa teman kerja yang lainnya.

Lala melangkah segera keruangan  rapat dan mengambil posisi duduk berhadapan langsung dengan pimpinan.

Suasana dalam ruang rapat tiba-tiba sunyi senyap seolah olah tidak ada kehidupan disana.

Lala.., Pimpinan mulai  mengeluarkan suaranya, Lala mengakat kepala yang tertuduk seolah terdakwa. Kenapa tidak hadir pada acara pertemuan?.  Pak Andi sebagai pimpinan mulai membuka map biru. Lala belum menjawab pertanyaan Pak Andi  pimpinannya melanjutkan pertanyaan berikutnya.  Laporan final proyek Z lebih cepat keluar dari jadwal , ada informasi kuat laporan ini keluar dari unit mu. Ada beberapa staf yang menyebut nama mu.

Lala tercekat,  dengan segala hormat saya tidak pernah.....

Tolong jawab dengan jujur , potongnya, suaranya tegas, membuat ruangan seakan mengecil,  kamu tahu pentingnya kerahasian .

Lala menarik nafas panjang, dadanya sesak, bukan takut, tapi dia merasa tak diperlakukan secara adil, "Pak , saya selalu menjaga kerahasian kantor seperti saya menjaga kehormatan saya. 

Sudah berkali kali Lala menjelaskan keadaan yang sebenarnya, namun pimpinan tetap tidak percaya. Setiap kata yang  Lala utarakan, seolah hilang begitu saja, tengelam oleh suara suara lain yang lebih mereka dengar. Tuduhan itu tetap diarahkan kepada Lala seolah olah Làla benar-benar melakukan kesalahan yang tidak perna ,dilakukan.

Lala  tahu,  hal ini muncul bukan begitu saja. Ada bisikan bisikan yang disengaja disebarkan, asutan  yang selama ini dari rekan kerjanya diam diam memandang Lala sebagaià ancaman. Mereka bersandiwara didepan manis, dibelakang mengadu domba, dan memelitir cerita. Dan kini asutan itu berhasil, pimpinan lebih percaya pada mereka, dari kebenaran yang Lala pegang.

Lala bisa tertunduk diam dikursinya , menahan pedih didada, terasa dikianati dua kali oleh rekan kerja, dan dipermainkan oleh keadilan.

Sejak beberapa bulan terakhir, langkah kaki Lala terasa semakin berat. Bukan karena pekerjaan, pekerjaan sangat Lala sukai, karena suasana tekanan demi tekanan.  Fitnah demi fitnah beredar dari rekan kerja begitu juga teman yang selama ini dekat. Mereka menuduhkan hal hal yang tidak perna terlintas dalam pikiran Lala,  setiap tatapan sinis, seperti duri  yang menusuk pelan  terus menerus.

Awaalnya Lala  mencoba bertahan. Menyakinkan ke dirinya akan bisa melawan dan melewati semuanya. Dengan kerja keras akan bisa membungkam  prasangka. Namun kenyataan  tidak seperti yang diharapkan Lala , semakin Lala diam , semakin liar tuduhan itu berkembang. Setiap hari yang dilalui Lala  penuh dengan kecemasan, bahkan memasuki kantor membuat dada Lala sesak.

Pada suatu siang, dimana rekan kerja sudah mulai meninggalkan ruang kantor untuk beristirahat, Lala masih duduk di kursi kerjanya sambil memandang berkas berkas kerja yang membuat Lala bersemangat. Lala menyadari ketenangan hati Lala  sudah hilang. Tidak layak pekerjaan harus dipertahankan bila mengorbakan diri sendiri.

Lala  mengambil kertas dan pena, tangan Lala yang gemetar mulai menari nari dikertas , dengan hati yang mantap Lala menuliskan surat pengunduran diri. Bukan sebagai tanda kekalahan, tetapi sebagai perlindungan diri Lala.  Lala keluar dari lingkungan yang penuh dengan tuduhan agar bisah kembali bernafas lega.

Pada saat menyerahkan surat itu, ada rasa perihn sekaligus lega yang menyelinap didada Lala. Lala meninggalkan kantor dengan langkah pelan tapi pasti, meninggalkan semua beban selama ini menyesak. Lala tahu diluar sana ada tempat yang lebih sehat, dimana orang orang mampu melihat kerjakeras tanpa prasangka, dan ada ruangan hati Lala  untuk pulih.


Pesan moral,
Tidak semua orang yang berani keluar dari situasi yang melelahkan, menekan
Keberanian untuk mundur adalah bukti untuk kekuatan, bukan kelemahan




















..


Komentar

  1. Wah, lala sosok yang kuat dan berani. Namun, baiknya sebelum berangkat jelaskan dulu duduk permasalahannya, gar semua orng paham dan menyesal sudah melepas sosok hebat seperti lala 😊

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SABAR

HARAPAN YANG TUMBUH DI TENGAH PUING - PUING

Menjadi Ibu Harus Bahagia